Terakhir diperbarui 15 Maret, 2023
Pelayar.id – Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan kembali menayangkan film Kereta Api Terakhir.
Film yang bertemakan para pahlawan Indonesia melawan sekutu Belanda.
Film sejarah ini telah di produksi sejak tahun 1981 oleh Perusahaan Produksi Film Negara (PPFN).
Berkerja sama dengan Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) karya sutradara Mochtar Soemodimedjo.
Kemendikbud memang sedang gencar untuk menayangkan film-film sejarah agar masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak milenial terus mengingat sejarah yang sudah diperjuangkan oleh pahlawan-pahlawan yang sudah gugur mendahului kita.
Film yang sudah pernah di restorasi kembali oleh Kemendikbud antara lain, Darah dan Do’a, film ini sudah pernah direstorasi kembali pada tahun 2013.
Film yang satu ini dulu masih dalam pengawasan dan tanggung jawab Direktorat Jendral Kebudayaan Kemendikbud RI.
Lalu pada tahun 2017, Kemendikbud kembali menayangkan film restorasi berjudul Pagar Kawat Berduri.
Baca juga: “Triad Princess” Romansa Cinta Segitiga dan Dunia Gangster
Selanjutnya, pada tahun 2018 film yang berjudul Bintang Ketjil juga kembali di restorasi.
Untuk menayangkan film sejarah Kereta Api Terakhir ini tidaklah mudah, banyak sekali pertimbangan-pertimbangan yang musti dipikirkan terlebih dahulu oleh para penyelenggara.
Nah, oleh karena itu ada alasan kuat yang akhirnya film ini bisa tayang di bioskop.
Film ini adalah salah satu tayangan super kolosal yang melibatkan 15.000 pemain.
Mengisahkan perjuangan revolusi pada tahun 1945-1947 yang diangkat dari salah satu novel karya Pandir Kelana.
Sinopsis Kereta Api Terakhir
Film Kereta Api Terakhir ini diawali dengan masuknya pasukan TNI Siliwangi ke Yogyakarta karena dilanggarnya Perjanjian Linggardjati pada tahun 1946.
Perjanjian yang memuat soal adanya kantong-kantong militer sebagai bagian bentuk kompromi Perdana Menteri Amir Sjarifuddin.
Namun, perjanjian itu dibatalkan dengan kelakuan Belanda yang kurang pantas.
Belanda menyerang semua basis Republik Indonesia menggunakan pesawat Cocor Merah.
Belanda juga belum sepenuhnya melepaskan kemerdekaan bagi Indonesia.
Hal ini membuat rakyat kebingungan dan khawatir dengan rumor bahwa Belanda merengsek menduduki kota Yogyakarta dan membuat rakyat berdesakan masuk ke gerbong-gerbong kereta.
Markas Besar tentara di Yogyakarta memutuskan untuk menarik semua kereta api yang menuju Yogyakarta.
Letnan Sudadi (Rizawan Gayo), Letnan Firman (Pupung Harris) dan Sersan Tobing (Gito Rollies) ditugaskan untuk mengamankan kereta api terakhir.
Kereta tersebut akan diberangkatkan dari stasiun Purwekerto, dan mereka bekerja sama dengan Kolonel Gatot Subroto (Sundjoto Adibroto).
Perjalanan kereta terakhir yang penuh rintangan dikemas dengan cerita romantis dan komedi.
Mulai dari serangan udara Belanda, gerbong yang terbakar, pengungsi yang melahirkan, hingga diselipkan kisah asmara antara Letnan Firman dan Retno yang ternyata merupakan gadis kembar.
Tak luput juga diceritakan kepahlawanan para pegawai kereta api, terutama kondektur Bronto (Dendy Sutomo).
Baca juga: Film “KKN di Desa Penari” Masuk Tahap Produksi
FILM BERUSIA 38 TAHUN
Kereta Api Terakhir sudah ada sejak 38 tahun yang lalu.
Oleh karena itu, film yang sudah disimpan ini sudah dalam kondisi kurang layak karena sudah dimakan usia.
Agar film ini bisa direstorasi dengan baik, Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) dan Kemendikbud mengerjakannya dengan penuh hati-hati dan teliti.
Kerja keras Pusbangfilm dan Kemendikbud akhirnya membawa hasil yang menyenangkan karena film ini telah diselesaikan sesuai dengan target waktu yang sudah ditetapkan.
Oleh karena itu juga, film yang sudah disensor oleh Lembaga Sensor Film ini sudah siap ditayangkan di seluruh Bioskop Indonesia dengan durasi 170 menit.
Pelayar sudah siap? Tunggu tanggal tayangnya yah!
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.