Terakhir diperbarui 22 April, 2022
Layar.id – Film Kucumbu Tubuh Indahku menjadi sorotan publik kala memenangi delapan piala dalam gelaran Festival Film Indonesia (FFI) 2019. Mengangkat isu tentang feminisme yang masih dianggap tabu, tak menghentikan film ini untuk mendulang prestasi.
Kucumbu Tubuh Indahku juga sempat dikabarkan bakal wakili Indonesia di ajang bergengsi Oscar 2020. Sayangnya, pihak penyelenggara Academy Awards baru saja merilis daftar pendek seleksi sejumlah kategori pada Selasa (17/12). Dari daftar tersebut, judul film garapan Garin Nugroho itu tidak tercantum.
Baca: “Frozen 2” Cetak Rekor Baru Animasi Disney
OSCAR 2020
Pihak Academy off Motion Pictures Arts and Sciences (AMPAS) selaku penyelenggara Oscar 2020 telah mengumumkan daftar pendek seleksi. Dari daftar yang dirilis pada hari Selasa (17/12) kemarin, diketahui bahwa judul Kucumbu Tubuh Indahku tidak tercantum. Film yang mengangkat kisah Rianto, sang penari lengger ini pun dipastikan gagal menjadi nominasi International Feature Film.
Sepuluh film yang masuk dalam daftar AMPAS adalah The Painted Bird, Truth and Justice, Les Miserables, dan Those Who Remained. Lima film lainnya yakni Honeyland, Corpus Christi, Beanpole, Atlantics, Parasite, dan Pain and Glory.
Baca: Film “Keluarga Cemara” Diputar di Korea Utara
GARIN NUGROHO
Sutradara film Kucumbu Tubuh Indahku, Garin Nugroho, buka suara soal gagalnya film ini masuk nominasi Oscar 2020. Ia merasa film tersebut tidak cocok di festival film Amerika Serikat.
“Kalau Oscar itu, karya yang bagus dan komunikatif itu jadi satu, tapi di Eropa kan tidak, mereka lebih kepada art filmnya,” kata Garin. “Ya sebenarnya, masuk Oscar bukan tujuan sayalah. Menurut saya, orang harus tahu tempat. Kalau Anda jadi tanaman yang tinggal di savana, kan tidak bisalah tinggal di pegunungan gitu,” tambahnya.
Baca: Kejutan! Jefri Nichol Hadiri Gala Premiere “Habibie & Ainun 3”
Meski gagal wakili Indonesia, keputusan Komite Film Indonesia memilih Kucumbu Tubuh Indahku untuk ikut seleksi Oscar diakui Garin sebagai tindakan berani.
“[Ini] merupakan keputusan yang berani karena menyangkut tema yang sensitif, dan juga menunjukkan juri melihat era kultural diversity, yakni manusia berhak hidup damai tanpa kekerasan, diskriminasi, dan persekusi serta kekerasan dalam keberagaman berbangsa,” kata Garin Nugroho, sang sutradara.
Baca: Ozy Syahputra Déjà vu dalam “Si Manis Jembatan Ancol”
Sumber: berbagai sumber
Foto: berbagai sumber
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.