Terakhir diperbarui 12 April, 2022
Cinta merupakan suatu rasa yang sifatnya alamiah. Namun, bisa berubah menjadi hal yang berbahaya jika mencintai dengan berlebihan karena menimbulkan sifat posesif.
Hal itu lah yang ingin ditunjukkan oleh sutradara Erwin melalui film terbarunya berjudul Posesif yang dibintangi Adipati Dolken dan Putri Marino.
Ungkapan Sutradara Tentang Film Posesif
Erwin mengatakan bahwa dirinya ingin membuat film yang bagus dan berkualitas. Tidak hanya mengibur, tetapi juga mengedukasi.
“Film Posesif ini penting. Kami ingin membuat film yang berkualitas. Ini film remaja yang cukup berkualitas dan berbeda. Bergenre romance suspense dan berita cinta. Ini ngomongin cinta posesif, kami riset,” kata Erwin.
Penjabaran Karakter
Film ini menceritakan tentang kisah cinta antara Lala dan Yudhis yang masih duduk di bangku SMA. Namun, cinta Yudhis pada Lala tak semestinya. Cinta itu berubah menjadi sesuatu yang berlebihan dan malah membuat Lala terluka.
Erwin mengatakan bahwa karakter Yudhis menggambarkan tentang sikap seseorang yang mencintai pasangannya begitu dalam hingga membuatnya takut kehilangan. Sikap takut kehilangan yang berlebihan itu lah yang memicu sikap posesif.
“Di karakter sebelumnya biasanya kalau cerita anak SMA atau drama teenlit biasanya itu proses di mana deketin ceweknya. Di sini yang diomongin bukan itu. Lebih dalam daripada itu, jauh. Posesifnya se-deep itu. Emosinya dan itu tantangan buatku,” beber Erwin.
Makna Film Posesif
Erwin menyebutkan bahwa film besutannya ini memiliki banyak makna tentang suatu hubungan yang dapat dijadikan sebuah pelajaran berharga.
“Film ini kan tentang posesif. Sederhananya, hubungan yang abusive adalah hubungan yang susah untuk dilihat hubungan yang saling menghargai dan mendengarkan satu sama lain,” kata Erwin
Adipati Dolken Perankan Karakter Berbeda
Untuk mendalami karakter Yudhis, Adipati Dolken mengatakan bahwa ia dan Putri sepakat untuk saling jujur dan merasakan seperti apa jatuh cinta di kehidupan nyata.
“Ya kalau buat gue kan kayak ada metode tuh. Metode jujur namanya. Gimana caranya gue harus jujur. Kalau gue pura-pura ya jadinya pura-pura.”
Selama syuting berlangsung, Adipati mengatakan bahwa Putri adalah lawan main yang paling cocok diantara semua aktris yang pernah bersanding dengannya. Chemistry terbentuk dengan baik dan alamiah sehingga memudahkan jalannya syuting.
“So far, dia yang paling keren. Itu yang paling menggambarkan semuanya. Matanya. Isi hatinya. Pokoknya semuanya dia paket complete.,” kata Adipati Dolken.
“Emang awalnya sedikit susah untuk nembus ke wilayahnya dia. Karena mungkin dia passion juga dan dia pengen buka diri akhirnya semuanya mulus-mulus aja,” imbuhnya.
Tantangan Putri Marino
Putri yang memulai karirnya sebagai presenter My Trip My Adventure rela meninggalkan dunia yang telah membesarkan namanya karena jatuh cinta pada dunia akting.
“Iya bisa dibilang seperti itu, merelakan karir presenter dan bisa dibilang ingin fokus ke film. Karena aku sudah mulai jatuh cinta sama film. Aku pengen orang-orang mulai melihat Putri Marino bahwa aku serius di sini. Pengen orang sadar itu dan memberikan aku kesempatan untuk menghidupkan banyak karakter lagi,” terang Putri.
Berperan sebagai Lala adalah tantangan berat bagi Putri. Pasalnya ia harus melakukan adegan loncat dari ketinggian 10 meter di atas permukaan tanah. Maklum Lala merupakan atlet loncat indah.
“Paling susah itu adegan loncat indah. Loncat dari ketinggian 10 meter. Belajarnya dari ketinggian 5 meter terus 8 meter baru 10 meter. Belajar teknik dari awal di pinggiran kolam renang kemudian membiasakan diri dengan ketinggian.”
Untuk memastikan bahwa lompatan yang dilakukan benar, Putri bahkan belajar dengan atlet lompat indah secara langsung.
“Sempat sebulan belajar teknik loncat indah sama atlet nasional yang umurnya ngga beda jauh sama aku. Jadi langsung bisa nge-bonding, jalan bareng. Nanya kehidupan atlet itu gimana,” beber Putri.
Terang-terangan Putri mengaku bahwa dirinya sempat takut untuk melakukan adegan loncat tinggi. Namun demi peran ia menekan rasa takutnya dan berakting sebaik mungkin. Kerja kerasnya membuahkan hasil dengan nominasi FFI yang diraihnya.
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.