Terakhir diperbarui 12 Juni, 2024
Layar.id – Kalau bicara kedua film ini, mereka memang satu genre kok. Satu horor dan satu lagi horor tapi ada religius-nya. Tetapi, keduanya ini merupakan film yang tayang setelah hari raya lebaran atau tepatnya hari kedua lebaran. Inilah Badarawuhi dan siksa kubur, film fenomenal paling banyak bicarakan di Indonesia saat ini.
Sampai sekarang ini, mereka sendiri sudah mencatat angka penjualan tiket lebih dari 1 juta dengan estimasi bakalan bisa lebih dari 3 Juta penonton. Bukan itu saja, Badarawuhi sendiri akan masuk distributor internasional Lionsgate untuk wilayah luar Indonesia dan ASEAN.
Tentu saja, sebuah prestasi baru buat film Indonesia. Namun, kedua film ini memang punya daya magis tersendiri kok. Menyampingkan kedua premis cerita dari keduanya memang ada satu yang linier. Bercerita soal masalah horor dan juga moral budaya terjadi dalam satu timeline.
Mungkinkah keduanya bisa jadi film terbaik Lebaran 2024 ini? Kita simak dulu deh pemaparan dari kedua film tersebut.
Dua Film dengan Dua Sutradara Hebat
Kimo Stamboel dan Joko Anwar adalah dua nama tak asing di dunia perfilman Indonesia. Keduanya memang buat film Indonesia dan berhasil membawa beragam kisah menarik dari film mereka. Jelas, keduanya punya kualitas yang sama dan juga punya karakter berbeda.
Baik Badarawuhi maupun Siksa Kubur adalah dua hal yang tak bisa saling bersaing secara sengit. Namun, keduanya bisa menambah kekuatan baru dari sisi genre film Horor. Karena horor berbasis Legenda dan horor religi sendiri sekarang ini memang naik daun bukan?
Beberapa film horor di Indonesia sendiri rasanya sudah naik kelas untuk sekarang ini. Sampai mereka berdua bisa hasilkan karya yang menurut orang (Netizen) kebanyakan jadi bahan omongan juga. Sampai hari keempat, Badarawuhi KKN bisa menyentuh angka 1 Juta Penonton dan susul oleh Siksa Kubur dengan angka yang sama.
Cerita Solid Vs Perspektif Baru dengan POV Berbeda
Kalau bilang cerita KKN Badarawuhi sendiri lebih menarik? Jelas kalau ini memang settingannya adalah prekuel dari KKN Desa Penari. Kalau Siksa Kubur? Perspektif baru sekaligus punya POV berbeda di kalangan penonton. Manakah yang paling oke?
Cukup sulit menggambarkan keduanya. Orang lebih condong suka dengan Badarawuhi KKN karena masih relate dengan nilai-nilai budaya. Berbeda dengan Siksa Kubur lebih universal dan berani bawa hal yang sebenarnya kita tidak pernah tahu atau tidak percaya akan adanya siksa kubur tersebut.
Sungguh, diskusi menarik terjadi antara kedua film ini. Satunya bahas soal kisah prekuel ini dengan KKN Desa Penari dan satunya lagi bahas hal lain bahkan teka-teki serta maksud pesan Joko Anwar terhadap film ini. Mungkin saja kalian tahu tapi enggan untuk bahasnya.
Pastinya ada sangkut pautnya dengan masalah pelecehan seksual dalam ruang lingkup pendidikan. Termasuk sekolah dan sejenisnya. Tidak pernah terekspos oleh media dan sulitnya korban untuk speak up. Selain itu, dosa yang kita perbuat dan ketidakpercayaan itulah yang membuat kita harus percaya akan hal tersebut.
Jadi, keduanya punya satu garis pesan yang sama? Ya sepertinya punya kesamaan yaitu kualitas terbaik untuk film Indonesia.
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.