Layar.id – Baru baru ini Faozan Rizal, Seorang sutradara kenamaan telah merilis film Biopik seorang tokoh bersejarah dan pahlawan bangsa yakni Lafran. Lafran Pane juga dikenal sebagai pencetus pergerakan Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI yang kini erat dengan perjuangan politik kerakyatan hingga saat ini. Kenapa Review Film Lafran ini bisa mengangkat pamor film ini?
Film yang berjudul Lafran: Saya Lillahi Taala Untuk Indonesia mengisahkan perjalanan hidup Lafran Pane, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Kisahnya menceritakan kehidupan dari masa kecil pada saat penjajahan Jepang yang penuh dengan derita hingga perjuangan politik yang ia lakukan melalui berbagai forum. Kemampuan Lafran dalam berpidato berhasil menyulut semangat rakyat Indonesia kala itu untuk menempuh dunia Pendidikan sebagai jalan perjuangan
Berikut ulasan Layar.id mengenai film Lafran
Cerita dan alur film Lafran
Film Lafran dalam pengembangan kisahnya mempunyai alur cerita yang kuat. Penggambaran kisah yang runut membuat film ini bisa dipahami secara baik. Perubahan signifikan bocah ingusan yang suka bolos sekolah menjadi tokoh kunci pergerakan HMI. Penggambaran plot yang tidak melompat dan dialog yang matang membuat komunikasi yang terbangun antar pemain dalam Lafran memberikan kesan yang baik untuk penonton.
Penggambaran beberapa scene dengan plot twist, emosi kesedihan dan humor dipadu cukup baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Lafran ialah beberapa detail yang terlewat seperti dialog dengan Presiden Soeharto yang tidak lengkap dan latar Lokasi yang cenderung kurang elegan dalam penyampaiannya.
Akting Pemain dalam review film lafran
Dalam pengembangan Cast pemeran film Lafran, Faozan mengajak aktor dan aktris ternama Indonesia seperti Dimas anggara, Mathias Muchus, Tanta Ginting, Ariyo Wahab, Lala Karmela, Ratna Riantiarno dan yang lainnya. Dimas Anggara yang memerankan Lafran Pane berhasil memerankan karakternya secara baik dan tegas. Chemistry yang terbangun dengan Tanta Ginting dan Mathias Muchus berhasil membuat para penonton terkesima dengan wibawa mereka.Lafran: Saya Lillahi Taala
Lala karmela juga berhasil memukau penonton dengan penampilannya sebagai Dewi secara optimal dan sangat mendalami peran tersebut. Hal yang perlu menjadi catatan ialah Farandika yang memerankan Lafran Muda dikesankan terlalu frontal dan nakal padahal dalam catatan Sejarah biografi yang ada tidak seperti itu.
Sound Effect dan Visual
Dalam film Lafran, penggambaran suasana Indonesia kala pendudukan jepang sangat tergambar secara baik. Suasana jalanan, dialog antar pemain dan pemilihan Lokasi juga arahkan secara optimal untuk memberikan kesan yang gloomy pada jaman itu. Beberapa catatan dalam Lafran yang perlu garis bawahi ialah beberapa scene yang terkesan kurang mendalami sehingga menjadikan visualnya perlu ditingkatkan kembali.
Dari segi Sound, Faozan sebagai sutradara melakukan yang terbaik dengan memberikan efek. Hal tersebut lakukan dengan baik dan tanpa kesan berlebihan. Soundtrack Lafran juga tampil apik dengan beberap artis Indonesia yang terlibat di dalamnya.
Kesimpulan
Film Lafran: Saya Lillahi Taala Untuk Indonesia merupakan film biopik yang baik dari segi cerita dan penokohan. Penampilan aktor yang prima berpadu dengan jalan cerita runut membuat filmnya mudah pahami sekali. Dalam nilai sejarah dan perjuangan bangsa sendiri wariskan di film ini.
Untuk nilainya sendiri, kami beri nilai 4/5 karena berhasil tampil beda saat film Indonesia sendiri dapat gempuran drama dan horor. Bagi sobat layar yang ingin menonton, dapat menyaksikannya melalui Bioskop terdekat sejak 20 juni 2024.
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.