Terakhir diperbarui 9 Juni, 2022
Satu lagi salah seorang insan perfilman berhasil mengharumkan nama Indonesia. Ialah Marsha Timothy yang berhasil menyabet penghargaan Aktris Terbaik berkat perannya dalam film Marlina The Murdered in Four Acts di ajang Sitges International Fantastic Film Festival.
Film Marlina The Murdered in Four Acts membawa Marsha Timothy meraih penghargaan aktris terbaik dalam ajang Sitges International Fantastic Film Festival. Marsha Timothy bahkan mengalahkan deretan aktris kelas dunia. Salah satunya adalah Nicole Kidman.
Sitges International Fantastic Film Festival telah digelar sejak 5 Oktober lalu dan akan ditutup pada 15 Oktober 2017 mendatang. Lantas bagaimanakah reaksi Marsha Timothy setelah memenangi penghargaan tersebut?
Kemenangan yang Mengharumkan Nama Indonesia di Kancah Internasional
Marsha Timothy mengaku bahwa dirinya sangat senang dan bangga atas pencapaiannya tersebut. Melalui akun instagramnya ia berbagi kabar bahagia tersebut.
https://www.instagram.com/p/BaOspVcHTao/?hl=id&taken-by=marshatimothy
“Marsha Timothy menangkan penghargaan juri internasional bergengsi sebagai aktris terbaik dari Sitges International Fantastic Film Festival yang diselenggarakan pada tanggal 5-10 Oktober di Spanyol. Ia terpilih di antara aktris ternama lain termasuk Nicole Kidman, Masami Nagasawa dan Monika Balsai,” tulis Mouly Surya, Sutradara Marlina The Murdered in Four Acts.
Pengalaman Marsha Timothy Syuting Marlina The Murdered in Four Acts
Dalam film ini, Marsha Timothy sendiri mendapatkan peran sebagai seorang janda yang berani memenggal kepala seorang perampok. Untuk mendalami karakter ini, Marsha Timothy rela melakukan latihan khusus selama beberapa hari.
“Ada latihan. Kami ada tes kamera untuk efek. Jadi kami latihan dulu sebelum syuting selama 2 hari dan berulang-ulang,” kata istri Vinno G. Bastian ini.
Marsha Timothy mengaku tidak mudah melakukan latihan pemenggalan berkali-kali.
“Tiap scene saya menemukan kesulitan yang berbeda-beda, tapi kesulitan yang lebih diantara yang lain pada saat adegan pembunuhan,” ungkapnya.
Kesulitan lain yang dialami Marsha Timothy adalah mengenai pendalaman emosi karakter yang diperankannya saat melakukan adegan pemenggalan tersebut.
“Di satu sisi saya harus mendalami emosi, tapi di sisi lain harus sesuai teknis. Karena kalau salah sedikit saja itu buang-buang waktu. Jadi agak susah antara teknis dan emosi,” tutur Marsha Timothy.
Bagi Marsha Timothy memerankan karakter Marlina tidak mudah. Banyak hal yang harus ia pelajari seperti belajar dialek Sumba dan mengendarai motor trail.
“Untuk dialek kita latihan cukup lama. Jadi digabung kita reading, workshop dialek itu hampir 3 bulan ya. Saya harus belajar naik kuda, saya harus belajar naik motor trail di situ sampe luka-luka,” bebernya.
Meski penuh dengan perjuangan ia mengaku bahagia karena film Marlina The Murdered in Four Acts diapresiasi dan bisa masuk dalam Festival Film Cannes.
“Ya waktu itu mungkin tantangan dan perjuangan, tapi sekarang itu jadi kenangan yang menyenangkan banget buat saya. Rasanya bahagia, bangga. Kayak tadi udah dibilang bahwa 12 tahun yang lalu film Indonesia masuk Cannes Film Festival. Jadi ya seneng banget lah kita bahwa akhirnya kita masuk. Itu bangga sekali. Senang banget.”
Marlina The Murdered in Four Acts merupakan Kisah Nyata
Penulis naskah Marlina The Murdered in Four Acts, Garin Nugroho, mengatakan bahwa film yang dibintangi Marsha Timothy ini merupakan kisah nyata. Garin sengaja mengangkat kisah tersebut untuk dibagikan pada masyarakat.
“Kisah nyata. Waktu ke Sumba tahun 1986 sama tahun 2004 antara 6 sampai 7 kali ada kejadian di pasar. Orang dendam sakit hati, dia jalan ke pasar lalu orang yang sedang jualan dipotong lehernya, dibawa kepalanya. Kemudian dia nyerahin diri ke kantor polisi,” kata Garin.
Mouly Surya mengatakan bahwa pada mulanya Garin datang mengutarakan cerita yang mulanya berjudul ‘Cerita Perempuan’.
“Ide ceritanya berbentuk story plan. Akhirnya mas Garin terserah mau diapain ceritanya. Konsep 5 halaman lagi. Kami coba tulis ulang dan di situ kami coba bikin skenario,” kata Mouly.
Mouly pun mengakui bahwa dirinya menjejakan kaki di Sumba karena Marlina The Murdered in Four Acts. “Dari Mas Garin settingnya Sumba dan saya belum pernah ke Sumba. Akhirnya kami ke Sumba. Saya mulai tuh flirting dan ide membuat film ini jadi sebuah film western. Saya lihat di Google Image tuh banyak gambar-gambar kayak padang Savvanah, tapi decisionnya nggak langsung.”
Film Marlina The Murdered in Four Acts sendiri baru akan tayang pada 16 November 2017 di seluruh bioskop Indonesia. Sebelum debut di Indonesia Marlina The Murdered in Four Acts telah melenggang ke beberapa festival film internasional.
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.