Salah satu film asal Indonesia berhasil melaju ke ajang penghargaan bergengsi Academy Awards 2018. Film itu ialah Turah yang merupakan garapan sutradara Wicaksono Wisnu Legowo.
Film Turah arahan sutradara Wicaksono Wisnu Legowo akan mewakili Indonesia di ajang Academy Award (Oscar) yang akan digelar di Dolby Theatre Hollywood pada 4 Maret 2018 mendatang. Film Turah yang menggunakan bahasa Jawa dialek Tegal ini akan berkompetisi di kategori Film Berbahasa Asing Terbaik.
Wicaksono mengaku bahwa dirinya sama sekali tidak menyangka bahwa film yang dibintangi pemeran lokal ini masih diperbincangkan dan dipercaya untuk mewakili Indonesia dalam ajang bergengsi.
“Enggak menyangka umurnya bisa sepanjang ini. Sudah hampir setahun dan ternyata masih ada yang mengapresiasi Turah,” katanya, Senin (18/09/2017)
Kurang Diminati di Bioskop Film Turah Justru Raih Banyak Penghargaan
Pada awal kemunculannya, film Turah yang sempat tayang di bioskop harus tersingkir karena penjualan tiket yang kurang baik. Film ini hanya mampu bertahan selama kurang lebih dua minggu saja. Padahal sebelum ditayangkan di Indonesia, film ini sudah ditayangkan dari satu festival ke festival lainnya.
“Dari 2016 akhir lalu masuk festival, terus baru masuk bioskop bulan lalu dan hanya bertahan dua minggu lebih di Tegal. Turun bioskop, sekarang dipercaya untuk mewakili Oscar,” lanjut Wicaksono.
Pria yang sudah berkarir semenjak 2010 lewat film-film pendek ini mengaku bahwa dalam proses pembuatan film Turah dirinya tidak berpikir mendapat apresiasi sebaik ini. “Semula, Turah digarap hanya ala kadarnya. Yang penting beres. Tidak pernah berpikir akan dapat apresiasi. Saya jadi kayak nggak ngerti cara menghadapinya.”
Meski kurang diminati oleh penonton di bioskop, pada kenyataannya film Turah telah menggondol banyak penghargaan baik nasional maupun internasional. Sebut saja Special Mention dalam Singapore International Film Festival, Geber Award dan Neptac Award dalam Jogja-Neptac Asian Film Festival 2016, 9th Bengaluru International Film Festival 2017 di India, Asean Film Festival and Award 2017 dan Soul International Agape Film Festival 2017.
Terinsipirasi dari Kehidupan Sehari-Hari
Film Turah sendiri bercerita mengenai kekalahan warga kampung Tirang. Mereka tidak pernah bermimpi. Bukan hanya tidak mengerti arti dari impian, melainkan juga karena mereka sudah terbiasa mengalami kekalahan. Hingga merasa bahwa kehidupan yang mereka jalani saat ini semua berkat kebaikan dari Darso dan Pakel, juragan kaya raya. Namun, hidup mereka terikat, terdikte, tanpa tahu bagaimana caranya untuk lepas dari kekangan. Jika cara memberontak saja tidak mengerti, bagaimana cara meraih sebuah kemenangan?
Di saat semua warga hanya tunduk dan menjalani hari-hari seperti biasa, Turah dan Jadag justru berusaha mendorong para warga Tirang untuk bangkit. Keduanya seakan menjadi oase di tengah gersangnya padang pasir. Di tengah ketakutan warga, Turah dan Jadag terus menguatkan mereka untuk berjuang meraih kemenangan, sesuai dengan harapan mereka.
Wicaksono mengatakan bahwa cerita film Turah mengangkat kehidupan di sebuah kampong yang bernama Tirang.
“Hanya beberapa kilometer jaraknya dari kampung saya. Di sana nggak ada air dan listrik. Saya pernah bikin film pendek di sana tahun 2010, tapi pertama kali lihat Tirang pada 2006,” akunya.
“Merasa ada yang keliru di hidup saya, tahun 2009 saya buat cerita pendek. Karakternya ada beberapa yang saya ambil di kampung itu. Dari pemabuk sampai juragan,” tambahnya.
Alasan Film Turah Terpilih Wakili Indonesia dalam Ajang Oscar
Tak sedikit orang yang bertanya-tanya mengenai alasan pemilihan film Turah untuk bertarung sengit di ajang bergengsi dunia, Oscar.
Christine Hakim yang menjadi salah satu anggota Komite bentukan Persatuan Produser Film Indonesia mengatakan bahwa film Turah memiliki karakter yang kuat.
“Kekuatannya, kejujurannya dan kesederhanaannya dari segi tematik dan penggarapannya. Pesannya kuat, di antara kemunafikan kehidupan. Gantung diri sebagai kekalahan menjadi cermin untuk kita semua,” terang Christine dalam konferensi pers, Selasa (19/09/2017).
Lebih lanjut Christine pun mengatakan bahwa film-film yang mengangkat tema krisis kemanusiaan kerap kali diincar oleh Academy of Motion Pictures Arts and Science (AMPAS) dan Film Turah sangat relevan dengan hal tersebut.
“Terutama krisis nilai-nilai moral yang kuat tergambar dalam film ini dan disampaikan dengan sederhana, jujur. Meski teknisnya biasa saja, topiknya sederhana, penggarapannya dramatis dan karakternya kuat,” imbuh Christine.
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.