Film Hujan Bulan Juni yang diadaptasi dari puisi dan novel karya Sapardi Djoko Damono akan segera ditayangkan di bioskop seluruh Indonesia. Film ini dibintangi oleh Velove Vexia, Adipati Dolken, Baim Wong, Jajang C Noer, dan Koutaro Kakimoto.
Velove Vexia mengatakan bahwa banyak tantangan yang dialaminya selama syuting film Hujan Bulan Juni. Bahkan ia sempat merasa pesimis untuk memerankan karakter dosen muda jurusan Sastra Jepang bernama Pingkan.
“Pas meeting sama Hestu Saputra di situ saya ada nggak pedenya karena satu sisi puisinya indah. Maknanya dalam sekali, simpel, tapi dalam,” kata Velove.
Setelah melewati proses reading, keraguannya seketika lenyap.
“Karena diskusi sama mas Hestu, readingnya benar-benar bukan per adegan, tapi makna scene by scene.”
Velove mengaku salah satu adegan yang paling menantang ialah menumbuhkan chemistry dengan Adipati Dolken.
“Dia nggak ngomong. Nah di sini harus digambarin banget puisinya dia itu. Dia cowok Jawa yang kuno, jadul, bawaannya cuma diem, tapi kasih puisinya dalem.”
Velove Adu Akting dengan Putra Ksatria Baja Hitam RX
Koutaro Kakimoto mengaku senang sekaligus sempat terbebani karena adanya perbedaan bahasa antara dirinya dengan Velove. Namun, keaktifan Velove mengajaknya berbicara lambat laun membuatnya dapat lebih mudah beradaptasi.
“Awalnya ada dinding di antara kami karena perbedaan bahasa dan budaya, tapi Velove menghancurkan dinding pembatasnya itu,” kata Koutaro.
Koutaro yang merupakan putra dari Tetsuo Kurata pemeran Kotaro Minami, Ksatria Baja Hitam RX menilai kepribadian Velove sangat baik dan mengerti perbedaan. Dikatakan Koutaro justru Velove lah yang membangun kedekatan dengan dirinya, dengan kata lain Velove lah yang ‘ngemong’ dirinya.
“Velo selalu mengajak saya ngomong terus. Saya coba jawab pakai bahasa Indonesia walau belum lancar, tapi dengan seperti itu walaupun pembicaraannya tidak serius justru bisa jadi bercanda.”
Koutaro mengatakan bahwa film Hujan Bulan Juni merupakan film pertamanya yang diproduksi di Indonesia, meski ia pernah terlibat dalam mini seri Secret Sky bersama Kimberly Rider.
“Karya yang sebelumnya judulnya Secret Sky. Saya coba awalnya dan dapat tawaran juga untuk filmnya yang ini. Setelah saya coba ternyata saya senang ada di sini. Di sini lebih santai, berbeda dengan di Jepang yang lebih teratur dan padat jadwalnya,” beber Koutaro.
Koutaro mengatakan bahwa dirinya berperan sebagaiKatsuo, teman Pingkan selama menimba ilmu di Indonesia.
Adipati Dolken Galau dan Stres Gara-Gara Film Hujan Bulan Juni
Adipati Dolken mengaku bahwa dirinya sempat merasa galau saat menerima tawaran bergabung dalam film Hujan Bulan Juni. Hal itu terjadi karena filmnya sendiri merupakan adaptasi dari karya sastrawan Sapardi Djoko Darmono.
“Jelas sih waktu ditawarin pertama kali berat banget main film dari novel Sapardi. Itu bingung, diambil apa nggak. Bisa apa nggak,” katanya.
Setelah melakukan diskusi dengan sutradara Hestu Saputra, Adipati Dolken lantas mengiyakan ajakan tersebut. Ia mengaku optimis bahwa film Hujan Bulan Juni akan menjadi tontonan yang bagus bagi pecinta film Indonesia.
“Ngobrol sama Hestu, dijelaskan detilnya untuk kasih support dan masukan. Akhirnya saya yakin, film ini bagus.”
Dalam film ini, Adipati akan berperan sebagai Sarwono. Adipati Dolken mengaku bahwa tantangan terberat bagi dirinya dalam film ini adalah nama besar puisi dan pengarangnya. Maklum saja, Sapardi adalah sastrawan masyhur dan guru besar Universitas Indonesia yang memiliki banyak sekali pengagum.
“Beratnya di situ. Pasti nanti ada kritikus-kritikus sastra yang nonton dan membandingkan dengan versi puisi atau novelnya. Jadi saya harus benar memainkan ini.”
Dikatakan Adipati, Supardi dengan tegas mengatakan padanya bahwa puisi, novel dan film adalah 3 medium yang berbeda dan tidak boleh disamakan dan dibandingkan. Penegasan Supardi membuat Adipati Dolken merasa lega dan hilanglah satu beban.
Kendati demikian tantangan berat lainnya bagi Adipati Dolken adalah memerankan Sarwono.
“Karakternya Sarwono ini punya batasan yang tipis, tapi juga ribet banget. Antara saya harus poetic banget atau tetap natural dengan tidak meninggalkan kesan sebagai orang yang puitis.”
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.