Jakarta, Layar.id – Menjadi sesuatu yang menyenangkan ketika kita bisa belajar sesuatu dari hal yang disukai seperti menonton film.
Salah satu topik yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini adalah tentang mental health atau isu kesehatan psikologis.
Nyatanya, ada banyak film menarik yang membahas mengenai hal ini! Salah satunya film adaptasi musikal Dear Evan Hansen yang baru-baru ini dirilis.
Memang isu ini tidak dapat dianggap sepele atau biasa. Kita bisa lebih memahami tentang masalah psikologis ini lewat film berikut:
The Perks of Being a Wallflower (2012)
Kalau membahas kepribadianmu seperti apa, kebanyakan orang sebetulnya bertanya apakah Anda termasuk orang yang ekstrovert atau introvert?
Karakter utama dari drama romantis ini hadir dengan kepribadian introvert. Selain itu, film ini mengangkat isu depresi, trauma, dan bullying di kalangan remaja.
Berawal dari cerita tentang anak laki-laki bernama Charlie yang setelah lama tidak masuk di lingkungan sekolah, kini kembali menempuh pendidikan.
Dia sempat mengalami depresi karena teman baiknya meninggal akibat karena bunuh diri. Hal ini membuat Charlie harus menjalani rehabilitasi.
Bukan hanya itu, Charlie sering sendirian dan diganggu karena sikap kikuk dan introvert-nya.
Namun, masa kelam Charlie tidak berlangsung lama. Dia akhirnya punya kesempatan untuk kenalan sama senior bernama Patrick dan Sam.
Mereka berdua sama seperti Charlie, bukan murid populer bahkan keduanya mereka memiliki sebutan sebagai “the wallflower”. Hingga akhirnya, mereka menjadi teman yang baik Charlie.
Hanya saja, masalah Charlie belum selesai. Dia terkadang masih berhalusinasi tentang Bibi Helen, bibinya yang sudah meninggal.
Penyebabnya adalah dia pernah dilecehkan secara seksual oleh bibinya, tetapi dia merahasiakan hal ini dari siapa pun.
Tentu saja, halusinasi ini terus mengganggu sehingga dia pernah membuat Charlie melakukan percobaan bunuh diri. Namun, dia berhasil diselamatkan.
Ketika di rumah sakit, Charlie mendapatkan perawatan yang layak hingga ia pulih. Saat kembali ke rumah, keluarganya bersikap suportif dan ada dukungan Patrick dan Sam.
Nilai yang kita dapatkan dari film ini adalah kehadiran dan dukungan dari orang terdekat sangat penting untuk kesembuhan mental seseorang itu penting.
Maka dari itu, baik untuk kita menjadi support system untuk orang-orang di sekitar.
Baca juga: Fakta Menarik Film Keluarga Hotel Transylvania 4
Joker (2019)
Sebagai film yang cukup viral pada awal kemunculannya, tentu saja semua orang tidak asing dengan Joker.
Film bergenre psychological thriller ini banyak mendapatkan respon dari berbagai kalangan ketika tayang di bioskop.
Walaupun bukan orang yang mengikuti DC Comics, tetapi kita mungkin penasaran sama film yang satu ini.
Ceritanya berpusat pada Arthur Fleck, pria penderita pseudobular affect (PBA) yang sering diperlakukan tidak baik oleh orang-orang di kota tempat tinggalnya.
Sebelumnya, perlu diketahui jika pseudobular affect adalah gangguan psikologis langka yang mana penderitanya merespon suatu peristiwa dengan tawa atau tangis terpaksa secara tanpa terkendali.
Bukan hanya itu, Arthur mengalami kekerasan, penolakan, dan kejadian buruk bahkan sering dipermalukan.
Akibat kurang bisa menahan kondisi mentalnya yang semakin kacau, akhirnya Arthur mulai membunuh orang.
Sebenarnya, Arthur adalah orang yang baik dan anak yang sayang sama ibunya dan suka menghibur orang lain.
Waktu itu, ada sebuah pernyataan tentang “orang jahat adalah orang baik yang tersakiti” menjadi populer di kalangan orang yang nonton Joker. Banyak yang pro dan kontra dengan pendapat ini.
Namun, sebaiknya memang lebih baik tidak berbuat jahat sama orang lain. Pasalnya kita tidak pernah tahu kondisi mental seseorang.
Namun, ketika sudah mulai merasa tertekan sekali, sebaiknya segera cari bantuan dari tenaga profesional. Intinya, kita harus tetap menjadi baik ketika ada di posisi Joker.
Itulah tadi 2 film dengan tema psikologis yang mengangkat dan membahasnya secara mendalam. Selain dua film ini, tentu masih ada judul-judul lain yang tidak kalah menarik. (Prs/Eve)
Sumber dan foto: berbagai sumber
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.