Terakhir diperbarui 9 Juli, 2022
Jakarta, Layar.id – Okja adalah film karya sutradara Bong Joon Ho tahun 2017 yang juga memiliki makna mendalam. Beberapa film karyanya sudah sering menggemparkan dunia, misalnya The Host, Snowpiercer, dan lain-lain. Setiap filmnya memiliki tema unik dan kontroversial yang selalu membuat penonton berpikir lebih.
Okja sendiri mendapatkan standing ovation selama 4 menit setelah penayangan perdana di Festival Film Cannes. Bahkan film ini menyebabkan polemik karena film yang didistribusikan langsung ke streaming online Netflix ini tidak ditayangkan d Prancis, tempat Festival Cannes diadakan.
Akhirnya sejak tahun berikutnya, ada aturan yang mengharuskan setiap film di Festival Film Cannes harus juga tayang di bioskop Prancis.
Okja adalah sebuah film yang berpusat pada seekor hewan hasil rekayasa genetika. Hewan yang bentuknya seperti gabungan babi dan kuda nil ini merupakan “babi super” yang dibuat oleh Perusahaan Mirando, dipimpin oleh Lucy Mirando (Tilda Swinton).
Hewan ini disebut sebagai masa depan produk daging yang akan mengurangi kelaparan di dunia, mengurangi jejak karbon dalam produksi, dan paling penting, memproduksi daging yang enak. Sebanyak 26 anak babi baru pun dikirimkan ke petani di seluruh dunia untuk dibesarkan.
Sepuluh tahun kemudian, salah satu babinya berhasil tumbuh sangat besar. Babi ini diberi nama Okja oleh anak yatim piatu Mija (An Seo Hyun) dan dibesarkan di pegunungan Korea Selatan. Karena ukurannya yang paling besar, Okja pun diambil kembali oleh perusahaan Mirando untuk diperkenalkan di New York.
Mija yang melihat sendiri bagaimana Okja ditangkap paksa pun berusaha menyelamatkan teman baiknya. DImulailah perjalanan Mija ke negara asing sambil dibantu oleh orang-orang dari organisasi pecinta hewan yang menolak rekayasa genetika.
Baca juga: Kisah Nyata di Balik Silenced: Sekolah Difabel Sarang Kejahatan
ISU LINGKUNGAN DAN KEKEJAMAN
Berdasarkan The Korea Herald, film Okja memiliki fokus utama mempertanyakan moralitas di balik sistem produksi daging dalam masyarakat modern. Dijelaskan di konferensi pers Festival Film Cannes sebelum filmnya ditayangkan, Jong Boon Ho menjelaskan:
“Orang sudah mengkonsumsi daging selama bertahun-tahun, tetapi kita memakan apa yang kita butuhkan dan hewan hidup bebas sebelum kebangkitan kapitalisme. Sekarang hewan-hewan adalah bagian dari sistem produksi. Mereka dibesarkan dalam kesakitan dan dipotong dengan cepat dengan mesin besi.
“Ini bukanlah untuk keberlangsungan manusia, tetapi untuk uang. Inilah pesan yang ingin film ini sampaikan.”
Tujuan uang ini sudah terlihat dari awal, dimulai dari proses rekayasa genetika Okja. Lucy Mirando dan perusahaannya memang memberikan topeng tujuan mulia seperti menghapus kelaparan di dunia, tetapi tujuan sebenarnya adalah memproduksi daging yang murah.
Bong Joon Ho memperlihatkan secara tersirat bagaimana perusahaan percaya produk yang murah pasti diterima masyarakat. Kemudian mereka membuat keputusan atas dasar keuntungan dan seringkali mengabaikan lingkungan serta masyarakat. Tidak tersirat di kepala mereka apa dampak hewan hasil rekayasa genetika pada manusia (bila dikonsumsi) dan pada lingkungan (setelah jumlah mereka bertambah).
Sehingga seringkali, perusahaan meraup untung besar untuk mereka sendiri dari keputusan yang diambil. Sedangkan akibat buruk yang mereka timbul merusak hidup lingkungan dan masyarakat. Hal ini sudah bisa terlihat dalam kehidupan nyata sekalipun, tanpa perlu “Okja” dibuat.
Baca juga: Sutradara ‘Parasite’ Bong Joon-ho Bakal Garap Film Baru Yang Dibintangi Robert Pattinson
Tidak hanya itu, hewan juga termasuk pihak yang dirugikan dalam kapitalisme perusahaan, terutama di industri daging. Scene yang paling bisa mewakili pesan ini adalah saat Mija berlarian mencari Okja di rumah jagal raksasa milik Perusahaan Mirando di New Jersey.
Tahap demi tahap apa yang terjadi pada hewan di tempat tersebut diperlihatkan. Adegan-adegan di sini bisa membuat orang bermimpi buruk dengan kekejaman yang terjadi pada para “babi super.” Scene semakin “berhasil” setelah membentuk karakter Okja dengan berbagai petunjuk sisi kemanusiaan, seperti menolong Mija dari jurang saat masih berada di Korea.
“Film ini menyoroti isu lingkungan dan hak binatang, tapi ini lebih tentang kapitalisme dan sistem yang kita jalani,” jelas Bong Joon Ho, dikutip oleh Tirto. “Hewan-hewan itu sedang mengalami holocaust, tapi bagi korporasi itu hanya soal produksi massal.”
Sumber dan foto: berbagai sumber
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi layar.id.